Pakai yang Alami With Pestisida Nabati


Endah Sulistiowati


Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang mempunyai potensi menimbulkan kerusakan ekonomis atau gangguan pada tanaman. OPT termasuk didalamnya adalah hama, penyakit, dan gulma.


Apa bedanya hama dan penyakit? Iya, hama serangan organisme yang mudah kita identifikasi, misal ulat, wereng, belalang, dsb. Sedangkan penyakit menyerang tanaman yang penyebabnya tidak bisa langsung kita identifikasi langsung, biasanya disebabkan oleh bakteri, jamur, ataupun virus.


Nah, saat ini masyarakat mulai banyak yang sadar bagaimana cara hidup sehat dengan kembali ke alam atau back to nature. Sehingga dalam mengolah tanah atau merawat tanaman mereka menginginkan dengan cara yang sehat pula yang sering kita menyebutnya dengan sistem pertanian organik. 


Termasuk yang akan kita bahas dalam tulisan ini, yaitu pestisida organik. Dilansir dari GradeningKnowHow, pestisida organik terbuat dari bahan alami yang berasal dari tumbuhan dan mineral serta dianggap lebih aman karena tidak merusak lingkungan.


Kelebihan lain dalam menggunakan pestisida organik adalah tidak adanya residu yang tertinggal setelah digunakan ke tanaman. Sayuran dan buah yang akan dikonsumsi juga menjadi mudah dibersihkan karena penggunaan pestisida dari bahan alami.



Sebenarnya tidak ada aturan baku atau resep yang paling pas dalam pembuatan pestisida organik. Ukuran yang biasanya dipakai adalah hasil dari ujicoba dengan hasil yang terbaik, sebagai dalam pembuatan pupuk organik cair (POC) ataupun pupuk organik padat (POP). 


Di alam ini banyak bahan alami yang bisa kita pakai sebagai bahan organik pembuatan pestisida. Khalayak mengenal bahan organik yang dipakai untuk bahan pestisida dengan istilah #mincessla (daun mindi/mimba, daun cengkeh, sirih, sere, laos) yaitu bahan dedaunan dan tanaman untuk membuat pestisida organik bisa juga kita menyebutnya dengan pestisida nabati karena berasal dari tumbuhan.


Selain tidak mengandung residu, pestisida organik ini juga murah dan mudah dibuat. Sesungguhnya sistem pertanian organik itu hanya punya satu kunci, yaitu sabar. Termasuk dalam aplikasi pestisida organik ini nanti. Karena butuh ketelatenan dan ketelitian. 


Dalam tulisan kali ini, penulis mengajak pembaca untuk belajar membuat pestisida organik/nabati yang pernah penulis praktekkan di kelompok sekolah lapang yang penulis ikuti. Yaitu pestisida nabati yang berasal dari tembakau kering. 


Mari kita siapkan alat dan bahannya!


1. Tembakau kering 1 ons/100 gr (untuk rokok linting)

2. Air

3. Wadah (disarankan dengan wadah berbahan kaca)

4. Alat saring

5. Panci

6. Kompor


Cara membuat: 


1. Siapkan air sebanyak 500 ml di dalam panci

2. Masukkan tembakau ke dalam panci yang berisi air tersebut

3. Rebus hingga mendidih dan kemudian dinginkan dalam wadah tertutup, paling cepat 6 jam.

4. Saring cairan ekstrak tembakau tersebut dan ekstrak tembakau siap untuk digunakan (sebaiknya diencerkan terlebih dahulu dengan perbandingan 1:10 (pestisida alami : air))


Pestisida nabati dari bahan tembakau ini bisa diaplikasikan untuk kutu-kutuan, apids, ulat grayak. Pestisida nabati lebih baik digunakan sebagai pencegahan, jika tidak ada keluhan semprot secara berkala setiap 10 hari sekali. Namun jika sudah ada gejala semprot dengan interval 5 hari sekali.


Bahan aktif dari pestisida nabati dari tembakau ini adalah kandungan nikotin yang tinggi. Nikotin yang terkandung dalam tanaman tembakau termasuk racun yang keras, sehingga dalam aplikasinya sebaiknya menggunakan masker agar tidak masuk ke sistem pernafasan. Selain itu perlu juga untuk menghindari terjadinya kontak langsung dengan kulit.


Racun dalam tembakau ini memerlukan waktu 3-4 hari untuk dapat terurai.Oleh karena itu, buah atau sayuran yang disemprot dengan ekstrak tembakau sebaiknya jangan langsung dikonsumsi sebelum 3-4 hari.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Umar Bin Khattab Menjemput Hidayah

Hidup Itu Seperti Roda Sepeda