Hidup Itu Seperti Roda Sepeda
(Ummu Magandi)
Dua anak ini setiap hari ke sekolah selalu membawa bekal makan siang. Meskipun seringkali seperti ini, bekalnya dimakan setelah sampai di rumah. Uminya kecewa kalo tidak dimakan?
Enggak, sama sekali enggak kecewa dan tidak marah. Bekalnya mau dimakan kapan pun it's ok. Dulu awal masuk setelah pandemi, si adek bekalnya selalu habis di jam istirahat, sekitar pukul 10.00. Padahal jam pulang setelah salat Dzuhur berjamaah. Si Adek harus nunggu Abang pulang sekitar satu jam lagi. Mereka keluar dari sekolah sekitar pukul 12.45 nyampe rumah sekitar pukul 13.30.
Sudah hampir dua bulan, dua anak ini naik mobil antar jemput kalau pulang. Bukan karena uminya malas jemput, tapi memang motor yang biasanya dipakai untuk jemput keluar masuk bengkel terus. Jadi harus bersabar. Umi ngapain dong? Banyak yang Umi kerjakan sembari menunggu mereka. Mulai dari mengerjakan tugas negara, menjahit, menulis, bertani, tholabul Ilmi, dsb.
Back to title, kembali ke judul. Si Abang sambil makan dia bilang, "Jun, tak bilangi, hidup ini seperti roda sepeda, ketika di bawah kita harus bersyukur, ketika di atas kita juga harus bersyukur." Umi ikut nyimak dong!
"Kenapa, kok seperti roda sepeda, Bang?" Tanya si Adek.
"Yaa, misalkan seperti kita ngeletkan permen karet di roda sepeda begitu, kalo kita putar, permen karetnya bisa di bawah terus bisa di atas." Abangnya menjawab
"Jadi, kita tidak boleh sombong, kalau miskin kita harus bersyukur, kalo kaya kita juga harus bersyukur." Lanjut si Abang.
"Berarti kita sekarang lagi apa, Mi?" Tanya Adek. Umi ketawa dong, yang membuka percakapan Abang, kenapa Umi yang ditanya. "Gimana maksudnya, kita sekarang lagi apa?" Umi memperjelas pertanyaan.
"Maksudnya, kita ini sedang miskin atau kaya?" Balas Adek.
"Insya Allah, kita sedang cukup. Jadi apapun kondisinya kita harus bersyukur." Jawab Umi.
"Abang kok pinter, bisa tahu begitu dapat dari mana? Tadi diajari begitu sama Bu Guru?" Umi pun penasaran, tumben bijaksana sekali siang ini. Membuat mata Umi yang sudah lelah, cling kembali, jadi terinspirasi membuat tulisan.
"Aga kemarin dengar di HP, terus Aga lihat roda sepeda yang diputar, iya ya, roda itu kan terus berputar, jadinya Aga pingin ngasih tahu Jundi, biar tidak sombong." Jelas si Abang.
Saya melanjutkan pesan dari si bocil untuk pemimpin negeri ini. Ingat, hidup itu seperti roda yang berputar, kadang di atas dan kadang di bawah. Oke sekarang kalian masih duduk di tampuk kekuasaan, tapi suatu hari pasti turun juga, jadi jangan aji mumpung, jangan sok!
.
.
Komentar
Posting Komentar